
Di dunia global saat ini, suasana ketidakpedulian, rasa memiliki sebagai satu keluarga umat manusia semakin memudar. Sikap ini lahir dari kekecewaan mendalam yeng bersembunyi di balik tipu daya bahwa kita bisa menjadi mahakuasa dan melupakan bahwa kita semua berada dalam perahu yang sama. (Fratelli Tutti).
Dalam perumpamaan tentang “Orang Samaria yang Baik Hati” menunjukkan bahwa ada banyak cara untuk mengalihkan pandangan dari orang-orang yang membutuhkan dan tetap melanjutkan perjalanan, tanpa mau berhenti sejenak untuk menyentuhnya. Perbedaan yang ada sering menimbulkan konflik. Sikap intoleran, fanatisme, dan fragmentasi mulai menjamur diperparah dengan perkembangan relasi di dunia digital.
Masyarakat yang semakin mengglobal tidak membuat kita semakin bersaudara, tapi semakin sendirian dalam dunia yang diseragamkan. Kemajuan globalisme lebih mendukung identitas mereka yang terkuat yang dapat melindungi wilahanya sendiri namun mengaburkan identitas wilayah yang lebih lemah dan miskin dan membuatnya lebih rapuh dan tergantung.
Hal inilah yang melahirkan Kerasulan Keluarga sebagai salah satu bentuk kerasulan yang dibutuhkan di jaman ini.
Belajar dari pengalaman perjumpaan personal wanita Samaria dengan Yesus di Sumur Yakub, maupun pengalaman dua orang murid dalam perjalanannya ke Emaus, bagi para Suster CB, menjadikan Yesusl sebagai menjadi inspirasi iman. Pengalaman dikasihi dan dicintai tanpa syarat oleh Yesus yang mendasari dalam setiap perjumpaan personal dengan Yesus sehingga mampu mentransformasi dan menggerakkan orang-orang yang dijumpai-Nya. Gerak daya tersebut membawa daya keluar untuk terus mewartakan dan memberikan diri dalam hidup karya/bekerja dan hidup bersama dalam komunitas maupun dalam keluarga dan masyarakat.
Apakah Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut tentang Kerasulan Keluarga?
Silahkan menuliskan nama, email, telp yang dapat kami hubungi. Terima kasih